Vihara Vimala Dharma Juara Umum STKD VII

STKD (Sarasehan Temu Karya Daerah) Jawa Barat ke-7 dengan tema "Energy of Dhamma" berlangsung 21-23 Juni 2019 di Karawang. Acara 3 tahunan ini berlangsung di SMK Rosma, Karawang. 

STKD VII ini diikuti 10 PMV (Persaudaraan Muda-Mudi Vihara): PV Vimala Dharma (Bandung), PMV Dhanagun (Bogor), PMV Buddhasena (Bogor), PMV Sakyawanaram (Cianjur), PMV Surya Adhi Guna (Rengasdengklok, Karawang), PMV Buddha Guna (Karawang), PMV Budi Dharma (Purwakarta), PMV Manggala (Kabupaten Karawang), PMV Widhi Sakti (Sukabumi), dan PMV Bodhi Diepa (Cikampek).


Juara "Creative Idea" tingkat pelajar. Kiri-kanan: 3 kiri wakil dari PMV Sakyawanaram (juara 3), 3 tengah: wakil dari PMV Dhanagun (juara 2), dan 3 terakhir wakil dari (PVVD = Pemuda Vihara Vimala Dharma), Bandung, juara 1.

Foto bersama




Wakil dari Bandung (Pemuda Vihara Vimala Dharma/PVVD) kembali mempertahankan prestasinya sebagai juara umum. Jika juara 1 diibaratkan meraih medali emas, juara 2 medali perak, juara 3 medali perunggu, maka PVVD keluar sebagai juara umum dengan perolehan: 4 emas, 4 perak, 1 perunggu.

Berikut ini prestasi yang diraih wakil dari Vihara Vimala Dharma, Bandung:
  1. Juara 1: Bercerita GABI
  2. Juara 1: Buddhayana Got Talent
  3. Juara 1: Basket Putra
  4. Juara 1: Creative Idea kategori pelajar
  5. Juara 2: Creative Idea kategori umum
  6. Juara 2: LCT (Lomba Cepat Tepat Dhamma)
  7. Juara 2: Buddhayana News
  8. Juara 2: Dhamma Duta
  9. Juara 3: Dhamma Duta
Selamat kepada yang berhasil, jangan patah semangat buat yang belum menang. Bagi juara 1, persiapkan diri untuk mempertahankan prestasinya di STKN (Sarasehan Temu Karya Nasional) yang akan berlangsung bulan Desember 2019 di Riau.


Kiri - kanan: Felita, Anathapindika, Victor (juara 1 Creative Idea kelompok Pelajar)


Berikut hasil akhir STKD ke-7 di Karawang

(zwei)

Magic for Dhamma di SMB Vihara Tiratana, Kampung Pisang, Tangerang

Minggu, 23 Juni 2019 giliran SMB Vihara Tiratana, Kampung Pisang, Tangerang yang mendapat kunjungan dari Litar Suryadi.

Litar mengajak anak-anak SMB (Sekolah Minggu Buddhis) untuk terus melakukan kebajikan (berbuat baik). Memang pada dasarnya, yang sejenis akan berkumpul dengan yang sejenis.

Kita yang senang bermain game, tentu cenderung suka bergaul dengan teman yang suka bermain game (biar ngobrolnya nyambung).

Anak yang baik, nantinya akan bergabung dengan anak yang baik. Seperti lingkaran tali ini, awalnya terpisah. Begitu tau mereka sejenis (sama-sama baik), mereka akan bersatu seperti ini. 

Mari simak video berikut:

 

Anda dapat membaca info dan menonton video "Magic for Dhamma" di aplikasi berbasis blog "Buddha Pedia" dan "Majalah SMB", 

Cari posting di kedua aplikasi tersebut dengan label "Magic for Dhamma". 

Silakan download kedua aplikasi tersebut secara GRATIS di: 

"Buddha Pedia" klik saja: www.tiny.cc/buddhapedia-apps

"Majalah SMB" klik saja: www.tiny.cc/majalahsmb


Bagi SMB sekitar Jawa Barat, Banten, dan Jakarta yang ingin kami mengisi SMB (tentu ada selingan sulapnya), silakan hubungi Yayasan Dasa Paramita (Wadah Anak Buddhis dan Dhammaduta Muda) WA: 0812 9037 3339.


Sulap sebagai media pembabaran Dhamma adalah berkat kerja sama:


Magic for Dhamma di Cetiya Veluvana Arama - Bojong Nangka, Tangerang

Minggu, 26 Mei 2019 Litar Suryadi sharing Dhamma di di Cetiya Veluvana Arama - Bojong Nangka, Tangerang.

Seperti biasa, sharing Dhamma Litar tidak hanya melalui ceramah Dhamma saja. Litar menggunakan sulap sebagai media pembabar Dhamma.

Berikut video dan fotonya: 








Anda dapat membaca info dan menonton video "Magic for Dhamma" di aplikasi berbasis blog "Buddha Pedia" dan "Majalah SMB", 

Cari posting di kedua aplikasi tersebut dengan label "Magic for Dhamma". 

Silakan download kedua aplikasi tersebut secara GRATIS di: 

"Buddha Pedia" klik saja: https://tiny.cc/buddhapedia-apps 

"Majalah SMB" klik saja: https://tiny.cc/majalahsmb 

Bagi SMB sekitar Jawa Barat, Banten, dan Jakarta yang ingin kami mengisi SMB (tentu ada selingan sulapnya), silakan hubungi Yayasan Dasa Paramita (Wadah Anak Buddhis dan Dhammaduta Muda) WA: 0812 9037 3339.


Sulap sebagai media pembabaran Dhamma adalah berkat kerja sama:


Anak Tak Mau Ikut SMB???

Pembagian hadiah usai perayaan 17 Agustus-an di TP Vidyasagara, Sumber foto: TP Vidyasagara

Penulis mendapat kabar dari teman di luar kota (sebut saja dari kota A), anaknya tidak mau ke vihara, tentu saja tidak ikut SMB (Sekolah Minggu Buddhis).

Mengapa? Acaranya tidak menarik. Di lain kesempatan, penulis juga mendapatkan kasus sama. Anak susah sekali diajak ikut SMB, padahal mayoritas anak-anak Buddhis bersekolah di sekolah swasta berbasis non-Buddhis. Senin hingga Jumat mereka mendapat materi bukan agama Buddha (setidaknya bukan doa secara Buddhis). Masa' hari Minggu pun (cuma sekali seminggu), anak-anak juga tidak mendapatkan pengetahuan Dhamma???

Ini masih "mendingan" karena orangtuanya ada niat mengajak anak ke vihara. Di sisi lain, ada banyak keluarga yang secara administrasi beragama Buddha, tapi mereka tidak (baca: jarang) ke vihara.


Kasus "Mendingan"
Tadi penulis mengatakan mendingan karena orangtuanya sudah ada niat ke vihara, anaknya yang tidak mau ke vihara. Sayangnya tidak semua orangtua dapat memberikan bekal Dhamma kepada putra-putrinya (menggantikan peran Kakak Pembina di SMB).

Sebenarnya, kalaupun orangtuanya bisa mengajarkan Dhamma kepada putra-putrinya, anak juga tetap perlu ke vihara dan ikut SMB. Di sana ia bisa belajar bersosialisasi, belajar sambil bermain dengan teman, dan hal lain yang tak ia dapatkan kalau belajar Dhamma di rumah. Mirip seperti anak yang belajar di sekolah konvensional dan home schooling.


Anak Mogok ke SMB
Sebenarnya kasus anak yang tak ikut SMB adalah hal yang umum terjadi. Banyak hal yang menjadi penyebabnya (bukan faktor tunggal). 

Ada faktor orangtua (orangtuanya sendiri jarang ke vihara), faktor anak (santai di rumah dan main ke mal, umumnya lebih menarik dibandingkan ikut SMB), SMB itu sendiri (suasana SMB, materi Dhamma di SMB, dan Pembina SMB, tidak menarik di mata anak), dan faktor-faktor lain.


Hadiah untuk Si Kecil
Beberapa tahun lalu, hal yang sama pun terjadi di keluarga penulis. Kedua anak kami juga malas (ogah-ogahan), saat diajak ke vihara. Penulis pikir, anak masih kecil (masih bisa dikendalikan/diarahkan oleh orangtua), masa' kami yang kalah? Masa' kami sekeluarga tidak ke vihara gara-gara si kecil tidak mau ke vihara?

Jadi, apa yang kami lakukan? Pertama kami bujuk dengan aneka hadiah. Apa yang sedang menjadi kesukaannya, itulah yang kami tawarkan sebagai hadiah jika mereka mau ikut SMB. Dulu mereka sedang keranjingan main game Animal Kaiser dan baca buku. Jika mereka mau ikut SMB, pulang dari vihara kami ajak mereka ke mal, main game Animal Kaiser atau beli buku. 

Mereka mau? Oh tentu saja mau. Minggu ini main game Animal Kaiser, minggu depannya beli buku. Dengan cara ini, hingga sekarang, mereka terbiasa dan enjoy saja diajak ke vihara dan ikut SMB. Tidak perlu iming-iming hadiah lagi.

Bahkan, saat kami sekeluarga tidak bisa ke vihara karena ada keperluan lain (misal ada famili yang menikah, ada tamu dari luar kota, dan hal lain), Linda (istri penulis), berinisiatif mengadakan "sekolah Minggu" (hehehe... padahal pelaksanaannya hari Sabtu). 

Istri akan melakukan tanya jawab seputar Dhamma atau membacakan kisah Jataka, atau bisa juga bersama-sama kami mendengarkan ceramah Dhamma dari channel YouTube.

Hadiahnya? Mereka boleh jajan ke warung, biasanya beli es krim yang mereka suka.

Itu trik yang kami lakukan agar anak mau ikut SMB. Semoga sharing pengalaman ini bermanfaat bagi rekan-rekan se-Dhamma yang menghadapi masalah yang sama.