Magic for Dhamma di TP Vidyasagara, Bandung

TP Vidyasagara (Vihara Vimala Dharma, Bandung) berbenah agar semakin baik. Materi yang akan disampaikan untuk anak-anak TP (Taman Putra) disusun lebih terstruktur dan rinci.


Salah satu perubahan dalam proses belajar mengajar Dhamma di TP Vidyasagara adalah melibatkan orangtua murid untuk mengajar.

Penulis termasuk salah satu yang diminta untuk mengajar (padahal selama ini lebih suka menulis daripada berbicara di depan umum). 


Pertama penulis mengisi SMB pada hari Minggu, 25 Agustus 2019 di kelas C (kelas 4-6 SD). Siswanya 6 orang: Tara, Wira, Jilly, Chelsea, Orion, dan Reynard. 

Sebagai penyuka sulap dan meng-kampanye-kan "Magic for Dhamma" tentu saja penulis sudah menyiapkan trik sulap. Saat membahas sifat Dhamma, yakni ehipassiko, penulis memainkan trik sulap.


Pada kesempatan ini, penulis menghilangkan sapu tangan dan trik sulap cup and balls. Pesan yang disampaikan, jangan percaya hanya dari mendengar saja. Adik-adik dapat lihat langsung apakah benar kata orang "Ko Hendry itu bisa main sulap."

Menurut penulis, sulap dapat dijadikan media pembabar Dhamma atau kalaupun tidak berkaitan langsung dengan tema Dhamma yang dibabarkan, sulap dapat digunakan sebagai ice breaking atau sekedar hiburan. 

Sejauh ini, menurut pengamatan penulis, anak-anak enjoy menikmati sulap yang penulis sampaikan.
 
Minggu, 22 September 2019 penulis dapat giliran mengisi kelas C lagi. Temanya makna persembahan altar. Sayangnya, siswanya hanya 2 orang: Oron dan Metta. Mungkin yang lain sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi UTS?

Sebagai selingan, penulis memainkan trik chameleon card dan elevator card (lift kartu). Selalu ada pesan yang ingin penulis sampaikan lewat trik sulap yang ditampilkan. Kali ini penulis menekankan adik-adik agar berpendirian teguh seperti halnya bunga teratai. Teratai, meski tumbuh di tempat berlumpur, bunganya tetap bersih. Saat adik-adik bergaul dengan teman yang memiliki sifat buruk, adik-adik tidak mudah terpengaruh. Sementara trik lift kartu mengajarkan adik-adik tentang budaya mengantre.

Ada dua hal yang disukai anak-anak. Pertama adalah hal menarik, yang penulis berusaha menyelipkan trik sulap. Kedua hadiah, selesai ikut SMB, penulis membagikan makan ringan. Di kesempatan pertama penulis membagikan bagi biskuit coklat Hans*l, dan kesempatan kedua membagikan B*ng-B*ng untuk semua yang mengikuti SMB hingga selesai.

Oh iya, selama mengajar, Cici/Koko dari seksi Taman Putra ikut mendengarkan penulis mengajar. Siapa tau ada hal yang kurang pas dalam menyampaikan materi.

Semoga saja "Magic for Dhamma" memberi kontribusi positif dalam pembabaran Dhamma.